Karena pandemi covid19 yang masih terus berlansung 1 tahun belakangan dan tak kunjung berakhir memukul banyak sektor usaha.
Banyak usaha yang harus tutup sementara bahkan harus tutup total, mengurangi jumlah karyawan agar dapat bertahan.
Apalagi pada sector UMKM, yang merupakan jantung perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah UMKM mencapai 99% dari seluruh usaha di Indonesia pada 2018. Di masa kondisi ekonomi tak menentu akibat wabah Covid-19, kini posisi UMKM sangat rentan. Terpukul oleh pembatasan sosial, rata-rata omzet harian UMKM di masa pandemi hanya tinggal 15-10% dari kondisi normal.
Para pelaku UMKM harus memutar otak dan harus beradaptasi dengan perubahan sekitar.
Teknologi lah jalan keluarnya. Untuk bertahan hidup, usaha-usaha kecil ini mengalihkan penjualan ke e-commerce. Selama pandemi, terjadi peningkatan transaksi daring sebesar 69%
Hasil survei Badan Pusat Statistik juga menunjukkan, adaptasi yang paling banyak dilakukan perusahaan dengan melakukan pemasaran produk secara online. Secara rinci, ada 83% usaha mikro kecil (UMK) dan 79% usaha menengah besar (UMB) yang melakukan pemasaran online selama pandemi corona.
Sebanyak 16% UMK dan 11% UMB melakukan diversifikasi usaha untuk mengatasi dampak corona. Sedangkan, 30% UMK dan 47% UMB yang melakukan pengurangan jam kerja agar bisa bertahan hidup di masa pandemi ini.